Peran Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian
Manusia adalah
makhluk sosial yang hidup dalam kelompok dan saling membutuhkan satu
sama lain. Interaksi yang terjadi di dalamnya pun akan beragam karena
sifat atau kepribadian individu yang berbeda. Selain interaksi yang
saling menguntungkan, tak jarang kita menemukan ada interaksi yang
justru menimbulkan pertentangan dan hal negatif lainnya. Hasil interaksi
yang bermacam-macam disebabkan oleh adanya sifat dan kepribadian yang
berbeda-beda tiap individunya.
Interaksi negatif akan menjadi
masalah besar jika tidak ditangani. Kita tentu tidak bisa memaksakan
kepribadian kita kepada orang lain karena tiap orang punya hak atas diri
mereka. Oleh karena itu tentu menarik apabila kita mencari-tahu tentang
kepribadian seseotang. Artikel kali ini akan mencoba memahami
pembentukan kepribadian seseorang, khususnya peran keluarga sebagai agen
pertama dalam pembentukan kepribadian.
Keluarga disebut agen
pertama pembentukan kepribadian karena merupakan lingkungan pertama
seseorang berinteraksi. Ketika seseorang lahir, keluarga merupakan
lingkungan pertama yang akan menyambut dan membimbingnya. Selain
keluarga utama yang terdiri dari orang tua dan saudara, keluarga
asuh(bagi individu dengan kondisi tertentu) juga merupakan agen pertama
yang akan membimbingnya. Jadi keluarga yang dimaksud tidaklah harus
orang tua kandung, tetapi siapa yang akan membimbingnya dari kecil.
Peran
keluarga sangatlah krusial dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kondisi lingkungan keluarga baik fisik maupun psikis sangat berpengaruh
pada kepribadian seseorang yang tumbuh di dalamnya. Walaupun ada yang
mengatakan bahwa kepribadian seseorang juga turut dipengaruhi gen
keturunan(hereditas), namun lingkungan jauh lebih dominan pengaruhnya
dalam membentuk perilaku seseorang. Gen boleh saja menentukan bagaimana
fisik seseorang akan tumbuh, namun kepribadian akan sangat bergantung
kepada lingkungan dimana orang itu ditempa.
Pada tahap
perkembangan, meniru adalah cara yang kita pakai untuk ikut
berinteraksi. Tahap ini dimulai ketika kita masih balita. Kita akan
meniru apa yang akan dilakukan oleh orang-orang disekitar kita. Kita
akan meniru apa yang diucapkan maupun apa yang dilakukan. Dalam tahap
ini, orang-orang di sekitar balita itu harus menciptakan suasana yang
harmonis dan nyaman. Balita harus diperlakukan dengan baik dalam hal
perlakuan verbal dan nonverbal. Hal ini dilakukan agar balita tersebut
mendapat hal-hal baik secara dini sehingga kelak dapat tumbuh dengan
kepribadian yang baik pula.
Kondisi psikis yang buruk seperti
orang tua yang sering bertengkar, berbicara hal-hal negatif, dan
kebiasaan buruk lainnya akan berakibat fatal bagi balita yang
bersangkutan. Balita yang dibesarkan di kondisi seperti ini kelak akan
cenderung bersikap dan berperilaku buruk. Balita yang menyaksikan atau
bahkan mendapat kekerasan baik verbal maupun nonverbal nantinya akan
melakukan hal yang sama karena efek meniru. Perlakuan dan kebiasaan
buruk yang diterima sejak kecil akan berpengaruh buruk terhadap
kepribadiannya.
Tumbuh di kondisi keluarga seperti itu dapat
menyebabkan seseorang mudah mendapat masalah dalam berinterkasi ketika
ia dewasa. Sebaliknya, seseorang yang dibesarkan di kondisi keluarga
harmonis lebih berpeluang menjadi seseorang dengan kepribadian yang
baik. Jadi, peran keluarga dalam membentuk kepribadian seseorang
sangatlah penting karena kepribadian yang baik berarti dapat menciptakan
interaksi yang kondusif dan saling menguntungkan.
Daftar pustaka:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcRkONTvGS3Wo3BLzC-iH9EURHkLUWKmYYpdBce2xZ3WSKCY95iv
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcQKz2n0Z1QuwKkJLU90OINTZXYlfkIGq2jIHs8jAoE3qj_xzG50
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcTZFU6GSFyMNAI6cQa317_XY-9MFBC6iz3plm9iVLzsnDzw0JGd
Komentar
Posting Komentar